Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia



Gambar di atas adalah gambar Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta. Gedung tersebut merupakan bekas STOVIA yang sangat penting artinya bagi kebangkitan nasional Indonesia. Kebangkitan nasional yaitu masa lahirnya kesadaran bangsa Indonesia untuk berjuang bersama-sama dalam mengusir penjajahan. Tentu, kalian masih ingat mengapa tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Tanggal 20 Mei 1908 merupakan hari lahir Boedi Oetomo (Budi Utomo), organisasi modern pertama di Indonesia yang menjadi tonggak pergerakan nasional Indonesia. Bagaimana sejarah lahirnya Budi Utomo dan berbagai organisasi lainnya? Kalian akan menelusurinya melalui uraian di bawah ini.

Gambar 4.29 menunjukkan suasana Pasar Klewer di Solo atau Surakarta, Jawa Tengah. Pada masa penjajahan, pasar tersebut telah ramai oleh para  pedagang Indonesia, Arab, dan Tiongkok. Akibat persaingan yang tidak sehat antara pedagang pribumi dan pedagang Tiongkok, pada tahun 1911 didirikan Serikat Dagang Islam (SDI) oleh KH Samanhudi dan RM Tirtoadisuryo di Solo. Tujuan utama pada awalnya adalah melindungi kepentingan pedagang pribumi dari ancaman pedagang Tiongkok. Saat itu, para pedagang Tiongkok menguasai perdagangan di pasar, menggeser para pedagang lokal yang kurang pendidikan dan pengalaman.


Dalam Kongres di Surabaya tanggal 30 September 1912, SDI berubah menjadi Sarekat Islam (SI). Perubahan nama dimaksudkan agar kegiatan organisasi lebih terbuka ke  bidang-bidang  lain, tidak hanya  perdagangan.  Pada tahun  1913,  SI dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Perjuangan SI sangat menarik rakyat karena kegiatannya yang membela rakyat. Pada tahun 1915, jumlah anggota SI mencapai 800.000.

Pada tahun 1923, SI berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (SI) yang bersifat nonkooperatif terhadap Belanda. Tahun 1927 PSI, menetapkan tujuan pergerakan secara jelas, yaitu Indonesia merdeka berasaskan Islam.

c. Indische Partij (IP)


Indische Partij (IP) adalah partai politik pertama di Indonesia. Gambar 2.18 merupakan pendiri IP yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai, yakni E.F.E. Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr Cipto Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912. Tujuan IP sangat jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.

Pada tahun  1913,  Belanda mempersiapkan pelaksanaan  perayaan 100  tahun pembebasannya dari kekuasaan Prancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut. Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya Aku Orang Belanda). Suwardi mengecam Belanda, katanya: Bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda.

Indische Partij (IP) adalah partai politik pertama di Indonesia. Gambar 2.18 merupakan pendiri IP yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai, yakni E.F.E. Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr Cipto Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912. Tujuan IP sangat jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.
Pada tahun  1913,  Belanda mempersiapkan pelaksanaan  perayaan 100  tahun pembebasannya dari kekuasaan Prancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut. Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya Aku Orang Belanda). Suwardi mengecam Belanda, katanya: Bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda.

d. Perhimpunan Indonesia (PI)


Semula bernama Indische Vereeniging, PI didirikan oleh orang-orang Indonesia di Belanda pada tahun 1908. Pada tahun 1922, Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging dengan kegiatan utama politik. Pada tahun 1925 berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Nama majalahnya Hindia Putra, yang kemudian berubah menjadi Indonesia Merdeka.

Tujuan utama PI adalah mencapai Indonesia merdeka, memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat. Tokoh-tokoh PI adalah Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo, Abdulmajid Joyoadiningrat, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, Sartono, Gunawan Mangunkusumo, dan Nazir Datuk Pamuncak.

Pada tahun 1925, PI secara tegas mengeluarkan manifesto arah perjuangan, yaitu:
a. Indonesia  bersatu,  menyingkirkan  perbedaan,  dapat  mematahkan  kekuasaan penjajah.
b. Diperlukan aksi massa yang percaya pada kekuatan sendiri untuk mencapai Indonesia Merdeka.
c. Melibatkan seluruh lapisan masyarakat merupakan sarat mutlak untuk perjuangan kemerdekaan.
d. Anasir yang berkuasa dan esensial dalam tiap-tiap masalah politik.
e.  Penjajahan  telah  merusak  dan  demoralisasi  jiwa  dan  fisik  bangsa,  sehingga
normalisasi jiwa dan materi perlu dilakukan secara sungguh-sungguh.

Manifesto 1925 sangat menggugah kesadaran bangsa Indonesia, serta sangat memengaruhi pola pergerakan nasional bangsa Indonesia. Gagasan manifesto 1925 terealisasi saat Sumpah Pemuda diikrarkan pada 28 Oktober 1928.

Kongres Pemuda I dilaksanakan tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta, dihadiri berbagai organisasi pemuda. Kongres ini berhasil membentuk jaringan yang lebih kokoh untuk mempersatukan diri, yang kemudian dilanjutkan dalam Kongres Pemuda II tahun 1928.

Panitia Kongres Pemuda II dibentuk tanggal 12 Agustus 1928 dengan ketuanya Sugondo Joyopuspito. Susunan panitia mewakili wilayah di seluruh Indonesia. Beberapa tokoh panitia kongres adalah Sugondo (PPPI), Joko Marsaid (Jong Java), M Yamin (Jong Sumatranen Bond), Amir Syarifuddin (Jong Bataks Bond), Senduk (Jong Celebes) J Leimena (Jong Ambon), Johan Muh. Cai (Jong Islamieten Bond), dan tokoh-tokoh lainnya.

Kongres II diselenggarakan 27-28 Oktober 1928, dihadiri oleh perwakilan organisasi-organisasi pemuda dari seluruh Indonesia. Dalam kongres ini, keinginan untuk membentuk negara sendiri semakin kuat. Suasana kebangsaan benar-benar tidak bisa dibendung lagi. Akhirnya, tanggal 28 Oktober 1928, dibacakanlah keputusan hasil Kongres Pemuda II, yang berupa ikrar pemuda yang terkenal dengan Sumpah Pemuda.

Beberapa keputusan penting Kongres II 27-28 Oktober 1928:
Ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
Menetapkan  lagu  Indonesia  Raya  ciptaan  WR  Supratman  sebagai  lagu kebangsaan Indonesia.
Menetapkan bendera merah putih sebagai lambang negara Indonesia.
Realisasi hasil kongres adalah didirikannya Indonesia Muda tahun 1930. Indonesia Muda berasaskan kebangsaan dan bertujuan Indonesia Raya. Pemerintah Belanda sangat menekan rapat-rapat yang diselenggarakan para tokoh pemuda. Lagu Indonesia Raya dilarang dan penyebutan Indonesia Merdeka tidak diperbolehkan. Para tokoh pemuda menyiasati tekanan ini. Pada Kongres III di Yogyakarta tahun 1938, tujuan kemerdekaan nusa dan bangsa diganti dengan menjunjung tinggi martabat nusa dan bangsa.

 
e. Partai Nasional Indonesia (PNI)

 
Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan tanggal 4 Juli 1927 di Bandung, dipimpin Ir Soekarno. Tujuan PNI adalah Indonesia merdeka, dengan ideologi nasionalisme. PNI mengadakan kegiatan konkret baik politik, sosial, maupun ekonomi. Organisasi ini terbuka dan  revolusioner,  sehingga PNI cepat meraih anggota yang banyak. Pengaruh Soekarno sangat meresap dalam lapisan masyarakat. Keikutsertaan Hatta dalam kegiatan politik Soekarno semakin membuat PNI sangat kuat.
Kegiatan politik PNI dianggap mengancam pemerintah Belanda, sehingga para tokoh PNI ditangkap dan diadili tahun  1929.  Soekarno,  Maskoen,  Gatot
 
Mangkupraja, dan Supriadinata diadili Belanda. Pembelaan Soekarno di hadapan pengadilan diberi judul “Indonesia Menggugat”. Sukarno dan kawan-kawan dihukum penjara.
Tahun 1931, PNI dibubarkan. Selanjutnya Sartono membentuk Partindo. Adapun Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan organisasi Pendidikan Nasional Indonesia. Para tokoh partai tersebut kemudian ditangkap Belanda dan diasingkan ke Boven Digul, Papua.

Selain lima organisasi di atas, kalian dapat menemukan berbagai organisasi pada masa pergerakan nasional. Sebagai contoh, pada tahun 1935 berdiri Parindra (Partai Indonesa Raya) dengan beberapa tokoh seperti M Husni Thamrin, R Sukardjo, R Panji Suroso, dan Mr Susanto. Gerindo (Gerakan Indonesia) didirikan di Jakarta pada bulan April 1937. Pemimpinnya adalah mantan pimpinan Partindo yang dibubarkan tahun 1937, seperti Amir Syarifuddin, Mr. M. Yamin, Mr. Sartono, dan Dr. A.K. Gani. Golongan nasionalis mencoba menggunakan Volksraad sebagai media perjuangan nasional. Dengan tujuan memperkuat wakil-wakil bangsa Indonesia, tahun 1930. Husni Thamrin membentuk Fraksi Nasional. Pada tahun 1936, seorang anggota Volksraad, Sutarjo mengajukan petisi menuntut kemerdekaan Indonesia dalam masa 10 tahun. Petisi ini kemudian dikenal dengan nama Petisi Sutarjo. Petisi tersebut ditolak Belanda dengan alasan bangsa Indonesia belum siap untuk merdeka.

Para pejuang pergerakan nasional kecewa, dan tidak terlalu berharap kepada Volksraad. Pada tahun 1939, dibentuk federasi/gabungan dari beberapa organisasi politik yang disebut Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Semboyan GAPI yang terkenal adalah “Indonesia Berparlemen”.


No comments:

Post a Comment